Rabu, 17 Maret 2010

(Tugas Tulisan Bahasa Indonesia) Arifinarto / 11207502 / 3EA10



KEHADIRAN HATI DALAM SHALAT



Kehadiran hati dalam shalat merupakan urian sepintas, namun dibalik itu tersimpul suatu harapan yang dapat mewujudkan kehidupan hakiki di dalam mihrab shalat. Ini patut mendapat penekanan khusus sebagian sebab dan tujuan yang dapat memberi kebahagiaan dalam kehidupan hati kita di dalam shalat, yaitu sebagai berikut.
1. sesungguhnya yang terpenting adalah kuatnya motivasi hati kita yang mendorong pada “kehidupan di dalam shalat”, yang juga merupakan kehendak kita untuk mengagungkan Allah dengan penuh perasaan, kita bersimpuh di bawah kehebatan kekuasaan-Nya. Yang demikian ini menjadikan perasaan kita menyadari akan ampunan dan rahm,at-Nya. Berdasarkan kriteria pemahaman tersebut, diharapkan bagi setiap mukmin yang melaksanakan shalat, hatinya turut hadir dan mengerahkan segala perasaannya, ingtannya, segala isi hatinya tertuju pada allah swt., dan pada waktu penghayatan total terhadap apa yang dibaca serta di dengar dari kalam-Nya. Dari yang dilafalkan lisan, sejak mulai takbir, tasbih atau pujian, ataupun doa dan apa-apa yang menyertai ruku dan sujud, yaitu kepasrahan dan kekhusyuan.
2. hendaknya sebelum mengucapkan takbiratul ihram, pelaku shalat menyadari bahwa Allah itu mengawasi hatinya dan mengetahui segala rahasia di hati dan pikirannya, maka tidaklah sah seo9rang itu memulai shalatnya dengan doa-soa palsu. Lisannya mengatakan kalimat “Allahu Akbar”, tetapi hatinya tidak condong kepada Allah. Maka kita harus sungguh-sungguh berusaha untuk mengosongkan isi hati dari segala kesibukan-kesibukan, sebagaimana layaknya menghadapi Allah di dalam shalat dengan hati dan akal pikirannya.
3. pelaku shalat hendaknya selalu mengingat kriteria tersebut yang diumpamakan sebagai bagian ibrah dan Allahlah sebagai puncak keteladanan yang mempunyai sifat Mahatinggi. Oleh karena itu, yang paling utama harus dilakukan oleh setiap pelaksana shalat adalah bersimpuh di bawah naungan kebesaran-Nya,.
4. berusaha mencegah beralihnya perhatian, pendengaran, penglihata, atau yang lainnya ketika hendak melaksanakan shalat, yaitu dengan memilih tempst ysng tenang, jauh dari keramaian, kegaduhan, dan kekacauan. Kita juga harus membatasi arah pandangan yaitu dengan melaksanakan shalatnya dekat dinding penghalang. Lalu sebiknya memejamkan penglihatan serta memfokuskan pandangannya ke tempat sujud. Juga perlu diperhatikan agar janganlah shalat dalam keadaan menahan kencing dan buang air besar.
5. yang termasuk membantu dalam shalat adalah berusaha untuk memahami dan menekuni kandungan makna Surah Al-Qur’an yang dibaca atau didengar ketika sedang shalat serta menjadi bacaan di dalam dzikir, tasbih, dan doa di sela-sela shalat.
6. hakikat yang dimaksud dengan firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendekati shalatsedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan….” (an-Nisaa` : 43) Ketika dalam menunaikan shalat, seseorang harus dalam keadaan sehat akal dan penuh perasaan.
7. setiap pelaksana shalat haruslah mengetahui bahwa setan itu selalu berusaha untuk mempengaruhinya agar didalam melakukan shalat,seseorang tidak khusyu dan hatinya tidak condong kepada Allah. Sebeb shlat itu merupakan senjata untuk menangkal bujuk rayu setan yang keji dan mungkar. Maka, setan berusaha menerobosnya agar dapat melemahkan senjata kekhusyukan seseorang, sehingga rusaklah shalatnya. Oleh karena itu, menjadi keharusan bagi yang melakukan shalat agar selalu sigap dan berjaga-jaga mengamankan shalatnya beserta segala kebaikan yang terkandung didalamnya, agar jangan sampai setan menembus dan mengikis kebaikan-kebaikan tersebut walaupun sebagian kecil saja.
8. setiap pelaksana shalat harus dapat mengutamakan kepentingan akhiratnya daripada kepentingan dunianya, maka ia mengisi aktivitasnya, sesuai dengan kepentingan shalat dengan mengesampingkan kepentingan lain. Dengan demikian, shalatnya tersebut akan menjadi jalan menuju kebahagiaan di akhirat, jika itu benar-benar dilakukan dengan khusyu disertai dengan kehadiran hati, dan berusaha melakukan dengan sebiak-baiknya, maka akan menghasilkan buah untuk kepentingan seorang mukmin di akhirat.





Sumber : Syeikh Mustafa Mansyur, “Berjumpa Allah Lewat Shalat”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar